Gadis Pakarena


Judul Buku : Gadis Pakarena
Penulis : Khrisna Pabichara
Penerbit : Dolphin
Terbit : Cetakan pertama – 1 Juli 2012
Ketabalan Buku : 180 Halaman
ISBN : 978-979-17998-6-7

“Kamu ingat, dulu kita benar-benar percaya bahwa Kitab Penyatuan itu ada. Sebuah kitab agung yang memuat daftar jodoh setiap manusia dan Tuhan akan menggerakkan pena-Nya untuk mencentang nama setiap pasangan. Kamu dulu sering merasa kurang khusyuk berdoa, sampai-sampai kamu memejamkan mata rapat-rapat dan memintaku segera menggeser gerakan pena Tuhan agar berhenti tepat di tempat namamu dan namaku diguratkan.”

Gadis Pakarena merupakan kumpulan 14 karya fiksi Khrisna Pabichara yang berlatar belakang kebudayaan adat Makasar, Sulawesi Selatan. Melalui buku ini kita akan diajak secara tidak langsung memahami adat Bugis-Makasar yang jarang sekali menjadi latar dalam setiap novel ataupun cerpen pada umumnya. Nuansa lokal dan unsur etnik yang kental memberi kekuatan tersendiri pada setiap cerita, membawa kita pada imajinasi yang mengagumkan pada sebuah kehidupan masyarakat dengan kultur budaya yang masih terjaga.

Fiksi ini mengetengahkan tema kehidupan manusia yang selalu diwarnai kebencian, dendam, angkara murka juga cinta dan kesetiaan. Disamping itu juga memaparkan fenomena sosial yang berkaitan dengan adat istiadat. Membaca buku ini sesekali akan membuat kita terkejut dan kemudian kagum sampai diakhir cerita. Hal tersebut tidak lain karena diksi dan pembawaan cerita yang menakjubkan, sesekali juga diselipkan puisi-puisi dan kata-kata bijak khas Khrisna.

Salah satu cerita dalam buku ini adalah “Gadis Pakarena” yang menceritakan tentang kisah cinta seorang pria makasar dengan seorang gadis keturunan tionghoa bernama Mei. Namun kisah mereka terhalang karena permusuhan antar keluarga dengan alasan adat dan budaya. Ketika sang pria nekat menemui Mei di daerah kelahirannya, dia harus menerima kenyataan bahwasanya ternyata Mei telah mati.

Selain itu juga ada “Ulu Badik Ulu Hati” yang bercerita tentang Sampara seorang penambang emas liar menemukan putrinya dibunuh dalam keadaan tragis. Hasan yang pada awalnya difitnah sebagai pembunuh putri Sampara akhirnya juga meninggal selang beberapa hari setelah itu. Sampara akhirnya membunuh Polisi penjaga tambang emas, dan ia sendiri kemudian tewas dengan beberapa butir peluru mengoyak tubuhnya.

Secara keseluruhan buku ini sangat menarik karena setiap cerita dilatarbelakangi oleh unsur budaya yang kental, ditambah dengan konflik dalam kehidupan manusia yang disajikan dengan gaya bahasa yang khas dan berani. Namun hampir semua cerita berakhir dengan tragis dan menyedihkan. Bahkan terkadang saya kesulitan memahami pesan kehidupan yang bisa diambil dari setiap cerita. Kesan yang saya tangkap setelah membaca buku ini jauh sekali ketika melihat pertama kali covernya berupa Gadis Pakarena yang cantik.

Namun tidak dapat dipungkiri Gadis Pakarena dengan nuansa kultur dan kisahnya mampu memberi warna baru dalam dunia sastra.

Happy Reading ^_^

#31HariBerbagiBacaan

6 respons untuk ‘Gadis Pakarena

Tinggalkan komentar