Belajar Biola dengan Inyiak Kari Apau

Hampir saja aku menyerah untuk bisa melumpuhkan benda itu. Ternyata benar kata orang belajar biola itu nggak gampang, jangan sesekali bilang mau beli biola biar bisa hilangin stres, yang ada malah tambah stres. Masalah yang biasa dihadapi untuk orang yang pertama kali megang biola apalagi kalau bukan “nggak bisa bunyi”, cuma bisa ngek ngok kayak pintu dengan engsel kurang oli. Dasar akunya keras kepala dan sok tau, malah nyetem sendiri, bikin teknik sendiri dan hasilnya tetap saja bunyinya tidak seperti yang diinginkan. Akhirnya sang biola aku istirahatkan beberapa waktu.

Nah libur akhir tahun kemaren kebetulan aku dapat jatah libur yang agak lama. Bingung juga lama-lama dirumah, akhirnya aku jadi ingat lagi sama Biola. Langsung saja kucoba lagi menggeseknya siapa tahu karena udah lama istirahat dia udah bisa bunyi. Ternyata hasilnya sama saja. Papaku prihatin sehingga beliau membawaku ke rumah seorang inyiak (Inyiak = Kakek) untuk diberi pengobatan secepatnya.

Inyiak ini dikampungku lebih dikenal dengan “Mak Kapau”, siapa beliau sudah pernah aku reblog disini dari postingan reza. Sebenarnya Mak Kapau masih ada kerabat dengan Papa, cuma bukan itu yang mau aku ceritakan. Melainkan cerita belajar biola yang serba dadakan dan serba kilat dengan beliau namun sangat bermanfaat buatku.

Awalnya aku mendatangi beliau hanya untuk menyetem nada nya, namun mumpung udah disana kenapa tidak langsung belajar saja, paling tidak satu not saja 😛 . Betul tidak ?  Dan Beliau pun sepertinya tidak keberatan mengajarkan aku memainkan satu lagu. Kilat saja, tidak perlu belajar not balok dulu, kunci ini kunci itu, cukup melihat jarinya ditaruh dimana dan aku praktekan pada Biolaku, ajaib….si Biola bisa bunyi.

Kata inyiak lama kalau belajar terpaku pada lagu yang ditulis pada not- not balok. “Bila kita bisa mengenal nada dengan perasaan dan tentunya dengan telinga yang peka, mau disuruh lagu apa saja kita pasti bisa, nggak mesti buka buku not nya dulu, cukup merasakannya saja “ Kata Inyiak padaku.

Lagu pertama yang beliau ajarkan padaku adalah lagu “Minangkabau”. Yah aku cukup mengerti karena Inyiak tidak mungkin mengajarkan aku lagu “A Thousand years” nya Christina Perri atau “Call Me Maybe” nya Carly Rae Jepsen , tapi meski demikian bertitik tolak dari lagu “Minangkabau” aku jadi mengenal letak nada-nadanya.

Sekitar satu jam lagu itu udah terdengar dari gesekan biolaku walau kadang bunyinya agak keseleo karena emang tidak mudah belajar biola, pengaturan letak jarinya tidak ada, beda dengan gitar. Namun demikian aku sangat senang dan sangat berterimakasih sama inyiak. Sesampai dirumah aku terus berlatih agar jari-jariku terbiasa, walau keesokannya bahuku sakit sebelah. 😦

Biola buatan inyiak

Beliau memang sudah tidak muda lagi, namun semangat dan kecintaan beliau pada seni masih terlihat jelas. Seperti kata inyiak “ibarat layang-layang yang masih bisa terbang tinggi, apadaya jika benang untuk menerbangkannya tidak ada lagi”.

Sekarang keseharian beliau lebih banyak diisi dengan membuat biola. Ada banyak biola yang aku temui di rumah beliau, masing-masing terbuat dari kayu yang berbeda. Suaranya halus beda sekali dengan biola buatan cina yang aku punya. Namun dari semua hal tentang inyiak ada satu hal yang sangat disayangkan, dari 10 anak beliau tidak ada satupun yang mengikuti jejak beliau mencintai seni.

Terima kasih banyak buat inyiak atas ilmunya. 🙂 🙂 🙂

colek : reza aprilda, uda Indrawadi